Mut’ah dengan Putri Ulama Syiah menyebabkan Kekal di Neraka Bersama Iblis

 

Sebuah Fatwa yang hanya menguntungkan ulama Syiah, dan merugikan awam Syiah dikeluarkan oleh kantor Samahah As-Sayyid Ayatullah Al-Uzhma Sistani bertanggal 3/9/1421 H bernomor 333, berikut ini,

 

Penanya: Bagaimana hukumnya jika saya memut’ah anak Anda dan Anda memut’ah anak saya? Perlu diketahui anak saya telah berusia 6 (enam) tahun.

 

Jawaban: Mut’ah halal bagiku terhadap siapa saja yang saya mau. Karena saya termasuk Ahlul Bait. Saya punya hak untuk itu. Meskipun anak itu masih kecil, kami akan berikan dia wawasan tentang nikah mut’ah.

 

Adapun Anda memut’ah anak saya, maka itu tidak boleh! Bahkan ini termasuk dosa besar! Anda kekal di neraka bersama Iblis di Neraka. Dan Anda wajib hilangkan pemikiran setan ini dari kepala Anda.

 

Fatwa oleh Sistani yang egois.


 

Sadarlah wahai Syiah. Anda cuma diperalat oleh ulama Anda. Para ulama Syiah itu mengambil wanita dan harta Anda lewat ajaran mut’ah dan khumus yang dibuat-buat. Mereka melakukan itu hanya untuk memuaskan hawa nafsu mereka.

 

(lppimakassar.com)
(Visited 1 visits today)

10 thoughts on “Mut’ah dengan Putri Ulama Syiah menyebabkan Kekal di Neraka Bersama Iblis”

  1. Curang banget… Dia boleh mut’ah anak orang, anaknya gak boleh dimut’ahi..

    ya, memang begitu. Agama syiah memang membodohi pengikutnya. Coba renungkan:
    -Wanita pengikut syiah dihalalkan atas nama mut’ah
    -Hartanya 20 % wajib disetorkan atas nama khumus
    -Kepala dan punggung harus dipukuli atas nama cinta ahlulbait
    -tahi imam dinilai suci bisa diambil berkahnya
    -akalnya dirusak oleh khurafat dan narkoba

    Reply
  2. innalillaahi.. benar-benar ngaco ulama su’ syi’ah rafidhah
    memang sangat buruk akhlak orang-orang syi’ah rafidhah ini.. agama sempalan yang mengcopy-paste ajaran islam seenaknya.

    begitu kalau mengikuti nafsu dan tidak ikut al-Quran dan assunnah.

    Reply
  3. Nikah mut’ah itu zina!! Tolonglah ana, apa benar nikah mut’ah itu pernah dilakukan di jaman Rasulullah saw? Apa benar Rasulullah saw kemudian melarangnya di waktu perang Khaibar?–yang berarti betul nikah mut’ah ini pernah dibolehkan oleh beliau saw (?) Apa benar Khalifah Umar ra melarang dijamannya–yang berarti pernah dilakukan di jaman Rasul meskipun kemudian dilarang beliau saw di perang Khaibar dan karena satu dan lain hal maka Khalifah Umar ra melarangnya dan akan menghukum yang melakukannya? Ana bingung ustadz, mana yang benar… cerahkanlah ana yang dhoif, ini soal zina lho. na’udzubillahi min dzalik..terlebih lagi ini soal agama ana lho…

    Ya, benar, hadits nikah mut’ah itu banyak. Pertama dibolehkan di waktu perang khaibar terus dilarang, terus dibolehkan di fathu makkah setelah keluar dari makkah dilarang oleh nabi -Shalallahu alaihi wa salam- hingga hari kiamat. Dan dilarang oleh para khulafaurrasyidin termasuk imam Ali dan oleh seluruh sahabat nabi -Shalallahu alaihi wa salam- termasuk ibnu Abbas. Maka setelah dilarang oleh Nabi -Shalallahu alaihi wa salam- dihukumi zina sebab tidak syar’I, di al-Qur`an yang diizinkan hanya istri dan budak milik sendiri.

    Reply
    • Maafkan kedhoifan ana, admin. Berarti nikah mut’ah itu benar-benar memang pernah diperbolehkan. Tolonglah ana, ketika ia dibolehkan maka ia–nikah mut’ah–bukanlah zina, kemudian pertanyaannya bisakah perbuatan yang dulunya suci dan halal bisa berubah status hukumnya sebagai perbuatan zina untuk waktu berikutnya? Cerahjanlah ana. Maafkan ana…

      pada zaman nabi Adam nikah antar saudara sekandung itu halal. Tapi sekarang dalam syariat nabi -shalallahu alaihi wa salam- adalah zina!

      Reply
      • dalam Agama Islama itu dinamakan dengan Nasyikh dan Mansyuk,(pelajarilah akan hal itu maka Insya Allah akan tau) dulu kok boleh sekarang tidak?????

        benar

      • Minuman keras pada awal nya tidak terlarang,lalu menjadi terlarang pada akhirnya.
        sama dengan nikah mut’ah .

        iya betul

      • Syi’ah memang senang dengan sesuatu yg haram dan najis

        sebab bukan ajaran dari Allah dan Rasul-Nya, tapi ajaran disusupkan yahudi untuk merusak umat islam.

  4. Admin yth, selamat bertemu kembali. Syukron atas penjelasan antum, tetapi masih ada sedikit ganjalan–maafkanlah ana, antum menulis: “hadits nikah mut’ah itu banyak. Pertama dibolehkan di waktu perang khaibar terus dilarang, terus dibolehkan di fathu makkah setelah keluar dari makkah dilarang oleh nabi -Shalallahu alaihi wa salam- hingga hari kiamat”. Dari pernyataan di atas–afwan apabila ana salah mengartikan pernyataan antum.. bersediakah antum menjelaskan kepada ana yang awam khususnya dan muslimin pada umumnya, hal-hal apa yang melatarbelakangi Nabi saw memperbolehkan mut’ah sebelum perang khaibar, melarangnya, membolehkannya kemudian melarangnya kembali? Ana percaya adanya nasikh dan masukh, namun nasikh-mansukh sebanyak 2 kali untuk 1 hal yang sama? Afwan atas kegelisahan ana, afwan bila ada kata-kata yang kurang pas ini semua karena kedhoifan ana. Bravo admin qul al haqqo. Wassalamu’alaikum wr wb

    Ibnu Mas’ud -Radiallahuanhu- bercerita bahwa mereka dulu dalam perang dan tidak membawa serta istri istri mereka. Lalu untuk memecah syahwat mereka ingin mengebiri diri mereka, lalu dilarang oleh nabi -shalallahu alaihi wa salam- kemudian nabi membolehkan nikah sampai waktu tertentu dengan mahar.
    Ini di awal islam, di waktu perang yang jaraknya jauh dari rumah. Tidak pernah nabi -Shalallahu alaihi wa salam- membolehkan nikah mut’ah ini di rumah. Oleh karena itu nabi -shalallahu alaihi wa salam- melarang lebih dari satu kali, dan membolehkan bagi mereka di waktu-waktu yang berbeda beda hingga di akhir hayat beliau mengharamkannya dengan tegas dan abadi. Ini ijma’ di antara para ulama. Berikut ini keterangan al-Hafizh al-Hazimi:

    الحافظ أبو بكر محمد بن موسى الحازمي، قال في (الناسخ والمنسوخ من الآثار) ص: 138: بعد ما روى من طريق الشافعي أنه قال: أنبأنا سفيان عن إسماعيل بن أبي خالد عن قيس بن أبي حازم، قال: سمعت ابن مسعود يقول: (كنا نغزو مع رسول الله صلى الله عليه وسلم وليس معنا نساء، فأردنا أن نختصي، فنهانا عن ذلك رسول الله صلى الله عليه وسلم ثم رخص لنا أن ننكح المرأة إلى أجل بالشيء)[4]ØŒ قال بعد أن رواه، وقال: ” هذا طريق حسن صحيح. وهذا الحكم كان مباحاً مشروعاً في صدر الإسلام، وإنما أباحه النبي صلى الله عليه وسلم لهم؛ للسببب الذي ذكره ابن مسعود، وإنما كان ذلك يكون في أسفارهم، ولم يبلغنا أن النبي صلى الله عليه وسلم أباحه لهم وهم في بيوتهم، ولهذا نهاهم عنه غير مرة، ثم أباحه لهم في أوقات مختلفة، حتى حرمه عليهم في آخر أيامه صلى الله عليه وسلم في حجة الوداع، وكان تحريم تأبيد لا تأقيت، فلم يبق اليوم في ذلك خلاف بين فقهاء الأمصار وأئمة الأمة، إلا شيئاً ذهب إليه بعض الشيعة، ويروى – أيضاً – عن ابن جريج جوازه” ا هـ.

    Reply

Leave a Reply

*