(inilah muawiyyah bag.2)
- Salah satu sahabat besar yang dijamin masuk surga Saad bin Abi Waqqas berkata :
( ما رأيت أحداً بعد عثمان أقضى بحق من صاحب هذا الباب ـ يعني معاوية )
“Tak pernah saya melihat seorang yang lebih pandai memutuskan hukum selepas Sayyidina Utsman selain daripada pemilik pintu ini (beliau maksudkan Mu’awiyah)”. (Al-Bidayah Wa an-Nihayah jilid 8 m.s. 133)
- Seorang lagi sahabat Qabishah bin Jabir berkata : “Tak pernah saya melihat seorang yang lebih penyantun, lebih layak memerintah, lebih hebat, lebih lembut hati dan lebih luas tangan di dalam melakukan kebaikan daripada Mu’awiyah”. (Al-Bidayah Wa an-Nihayah jilid 8 m.s. 135)
- Abdullah bin Mubarak, seorang tabi’in terkenal pernah ditanya : “ Apa pendapat anda tentang Mua’awiyah dan Umar bin Abdul Aziz, siapakah di antara mereka yang lebih utama?”. Mendengar pertanyaan itu Abdullah Ibnu al-Mubarak naik Pitam lalu berkata: “Kamu bertanya tentang perbandingan keutamaan antara mereka berdua. Demi Allah! Debu yang masuk ke dalam lubang hidung Mu’awiyah karena berjihad bersama-sama Rasulullah itu saja lebih baik dari Umar bin Abdul Aziz”. (Al-Bidayah Wa an-Nihayah jilid 8 m.s. 139)
- Umar bin Khattab berkata tatkala mengangkatnya sebagai Gubernur Syam, ”Janganlah kalian menyebut Muawiyah kecuali dengan kebaikan”. (Al-Bidayah 8/125)
Zuhri berkata, ”Muawiyah bekerja dalam pemerintahan Umar bin Khattab bertahun-tahun tiada cela sedikit pun darinya.” (As-Sunnah I/444 Al-Khallal).
- Ali bin Abi Thalib berkata sepulangnya dari perang Shiffin,” Wahai manusia, janganlah kalian membenci kepemimpinan Muawiyah, seandainya kalian kehilangan dia, niscaya kalian akan melihat kepala kepala bergelantungan dari badannya (banyak pembunuhan)”. (Al-Bidayah 8/134)
- Ibnu Umar ra berkata, ”Saya tidak melihat setelah Rasulullah orang yg lebih pandai memimpin manusia daripada Muawiyah.” Dikatakan padanya, ”Sekalipun Ayahmu?” katanya, ”Ayahku Umar lebih baik daripada Muawiyah, tetapi Muawiyah lebih pandai berpolitik darinya.” (As-Sunnah I/443 Al-Khallal, Siyar A’lam Nubala 3/152, Al-Bidayah 8/138)
- Ibnu Abbas berkata, ”Saya tidak melihat seorang yang lebih arif tentang kenegaraan daripada Muawiyah” (Al-Bidayah 8/138) Beliau juga mensifati Muawiyah dengan “faqih” (Shahih Bukhari 3765)
- Mujahid berkata, ”Seandainya kalian melihat Muawiyah, niscaya kalian akan mengatakan : Inilah Al Mahdi.” Ucapan senada juga dikatakan Qatadah (As-Sunnah I/438 Al-Khallal)
- Zuhri berkata, ”Muawiyah bekerja dalam pemerintahan Umar bin Khattab bertahun-tahun tiada cela sedikit pun darinya.” (As-Sunnah I/444 Al-Khallal).
- Suatu kali pernah diceritakan kepada A’masy Sulaiman bin Mihran (seorang ulama besar yang hidup pada masa Muawiyyah dan menjumpai masa Umar bin Abdul Aziz) tentang keadilian Umar bin Abdul Aziz, maka dia berkata, ”Bagaimana kiranya seandainya kalian mendapati Muawiyah?” Mereka berkata, ”Wahai Abu Muhammad apakah dalam kelembutannya?” Dia menjawab, ”Tidak, demi Allah, bahkan dalam keadilannya.” (As-Sunnah I/437)
- Al-Muafa bin Imran pernah ditanya, ”Wahai Abu Mas’ud, siapakah yang lebih utama: Umar bin Abdul Aziz atau Muawiyah?” Beliau langsung marah sekali seraya berkata,
«لا يقاسُ بأصحاب محمد أحد. معاوية كاتبه و صاحبه و صهره و أمينه على وحيه عزّ و جلّ»
” Seorang sahabat tidak boleh dibandingkan dengan seorang pun. Muawiyah adalah juru tulis Nabi i, sahabat Nabi, iparnya, dan orang kepercayaan Nabi atas wahyunya.” (Tarikh Dimasyq 59/208)
- Ibrahim bin Maisarah berkata, ”Saya tidak melihat Umar bin Abdul Aziz memukul sesorang kecuali seorang yang mencela Muawiyah, beliau mencambuknya dengan beberapa cambukan.” (Tarikh Dimasyq 59/211)
- Imam Ahmad pernah ditanya tentang seseorang yang mencela Muawiyah dan Amr bin Ash, “Apakah dia Rafidhah?” Katanya,” Tak seorang pun berani mencela keduanya kecuali mempunyai tujuan jelek.” (Tarikh Dimasyq 59/210)
- Ibnu Qudamah Al-Maqdisi berkata, ”Muawaiyah adalah paman kaum mukminin, penulis wahyu Alloh, salah seorang khalifah muslimin- semoga Allah meridhai mereka.” (Lum’atul I’tiqad hal 33)
- Ibnu Taimiyah berkata,” Para ulama sepakat bahwa Muawiyah adalah raja terbaik dalam umat, karena 4 pemimpin sebelumnya adalah para khalifah nubuwwah, adapun dia adalah awal raja dan kepemimpinannya adalah rahmat.” (Majmu’ Fatawa 4/478, Minhaj Sunnah 6/232)
- Ibnu Abil Izzi Al Hanafi berkata, ”Raja pertama kaum muslimin adalah Muawiyah, dan dia adalah sebaik-baiknya raja kaum muslimin.” (syarh Aqidah Thahawiyah hal 722)
- Adz-Dzahabi berkata dalam biografinya, ”Amirul mukminin, raja Islam. Muawiyah adalah raja pilihan yang keadilannya mengalahkan kezhaliman.” (Siyar 3/120, 259) …
Ka’ab al-Ahbar berkata : “Tidak ada orang yang akan berkuasa sebagaimana berkuasanya Mu’awiyah.”
Adz-Dzahabi berkata : “Ka’ab meninggal sebelum Mu’awiyah menjadi khalifah, maka benarlah apa yang dikatakan Ka’ab. Sebab Mu’awiyah menjadi khalifah selama dua puluh tahun, tidak ada pemberontakan dan tidak ada yang menandinginya dalam kekuasaannya. Tidak seperti para khalifah yang datang setelahnya. Mereka banyak yang menentang, bahkan ada sebagian wilayah yang menyatakan melepaskan diri.”
Mu’awiyah terlibat peperangan dengan Khalifah Ali, kemudian dia menyatakan dirinya sebagai khalifah. Kemudian dia juga terlibat peperangan dengan al-Hasan. Al-Hasan akhirnya mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaan sepenuhnya kepada sahabat Muawiyyah. Kemudian Mu’awiyah menjadi khalifah pada bulan Rabiul Awal atau Jumadil Ula, tahun 41 H. Tahun ini disebut sebagai ‘Aam Jama’ah (Tahun Kesatuan), sebab pada tahun inilah umat Islam bersatu dalam menentukan satu khalifah. Pada tahun itu pula Mu’awiyah mengangkat Marwan bin Hakam sebagai gubernur Madinah.
Alhamdulillahirabbil alamin.
Pada tahun 43 H, kota Rukhkhaj dan beberapa kota lainnya di Sajistan ditaklukkan. Waddan di Barqah dan Kur di Sudan juga ditaklukkan. Pada tahun itu pulalah Mu’awiyah menetapkan Ziyad ibnu abihi. Ini -menurut ats-Tsa’labi- merupakan keputusan pertama yang dianggap mengubah hukum yang ditetapkan Rasulullah.
Pada tahun 45 H, Qaiqan dibuka/ditaklukkan.
Pada tahun 50 H, Qauhustan dibuka/ditaklukkan lewat peperangan. Pada tahun 50 H, Mu’awiyah menyerukan untuk membaiat anaknya Yazid sebagai putra mahkota dan khalifah setelahnya jika dia meninggal.
Mu’awiyah meninggal pada bulan Rajab tahun 60 H. Dia dimakamkan di antara Bab al-Jabiyyah dan Bab ash-Shaghir. Disebutkan bahwa usianya mencapai tujuh puluh tujuh tahun. Dia memiliki beberapa helai rambut Rasulullah dan sebagian potongan kukunya. Dia mewasiatkan agar dua benda itu di diletakkan di mulut dan kedua matanya pada saat kematiannya. Dia berkata, “Kerjakan itu, dan biarkan saya menemui Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang!”.
Ane Ali Al Mujtaba bermubahalah “Syi’ah Ali adalah ajaran Islam yang paling murni berasal dari Rosul saww melalui ahlul baytnya yang suci. Yang menyatakan syi’ah sesat maka dialah yang sesat dan yang menyatakan syi’ah kafir maka dialah yang kafir†Jika pernyataan ane ini salah maka Alloh akan memberi adzab pada ane dengan siksaan yang sangat pedih mulai detik ini juga sampai akhir hayat ane. Jika hal ini tidak terjadi maka dapat dipastikan bahwa penghujat syi’ah Ali adalah musuh Alloh, Rosul, dan ahlul baytnya yang suci!
Aamiin ya Mujibassailin….
amin, semoga laknat Allah segera turun padamu
Terima kasih admin atas artikel berbobot ini. Saran saya lebih baik kita hilangkan saja sebutan Imam kepada Ali bin Abi Thalib; akan kesenangan rafidhah itu! Bukankah dengan khusus menyebut Imam kepada Ali bin Abi Thalib, kita ahlussunnah telah setuju menganggap Imam dan mengakui keimamannya sebagaimana rafidhah?! Sebut saja Ali bin Abi Thalib radhiyallohu anhu, titik!! Atau mari kita galakkan sebutan Imam kepada Khulafaur rasyidun selain Ali bin Abi Thalib: Imam Abu Bakar ash Shidiq, Imam Umar ibnul Khaththab, Imam Utsman bin Affan, juga kepada Imam Muawiyah bin Abu Sufyan, Imam Yazid bin Muawiyah….dan kepada seluruh sahabat Nabi saw: Imam Abu Musa Al Asyari, Imam Abdullah bin Mas’d, Imam Abu Hurairah, Imam Bilal bin Rabah, dll. Sebagaimana kita telah diajarkan oleh Rasululloh Muhammad saw untuk memberi shalawat tidak hanya kepada Rasulullah Muhammad saw, keluarganya namun juga kepada seluruh sahabat. di luar sholat: Sholli ala muhammadin wa ala alihi wa ashabihi ajma’in maupuin di dalam sholat–bacaan sholawat dalam tasyahud! Tak ada lagi keraguan, kita mesti bertindak tegas, yang syar’i di dukung dalil naqli maupun aqli…Bravo admin, qul al haqqo!
@admin: Tolong sampaikan kebenaran ini kepada rafidhah meskipun pahit: aksioma tentang Sahabat Muawiyah bin Abu Sufyan ra. Sebagaimana kata Adz-Dzahabi berkata : “Ka’ab meninggal sebelum Mu’awiyah menjadi khalifah, maka benarlah apa yang dikatakan Ka’ab. Sebab Mu’awiyah menjadi khalifah selama dua puluh tahun, tidak ada pem berontakan dan tidak ada yang menandinginya dalam kekuasaannya. Tidak seperti para khalifah yang datang setelahnya. Mereka banyak yang menentang, bahkan ada sebagian wilayah yang menyatakan melepaskan diri.†Aksioma yang ingin saya katakan adalah kami mengimani bahwa seluruh sahabat tanpa terkecuali, baik sahabat sabiqunal awalun maupun yang menerima Islam saat fatkhu Makkah, adalah adil dalam pengertian yang seluas-luasnya. Meski demikian kami harus mengakui bahwa Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan ra adalah yang terunggul pada masanya melebihi keseluruhan sahabat, baik dalam bidang yang berkenaan dengan dien: ilmu, wara’ dan taqwa, juga dalam bidang negara: startegi, politik, ekonomi dan militer. Tak ada satu pun yang mengunggulinya. Belaiu ra setara sebagaimana sahabat yang lain namun yang terdepan. Inilah aksioma logis rasional yang tak terbantahkan. Kebenaran ini selalu akan terbuka meskipun rafidhah berusaha menutupinya. Bravo admin. Qul al haqqo