Posisi Indonesia secara geopolitik sangat strategis, karena letak posisi geografisnya, sumber alam yang dimilikinya, dan jumlah populasinya yang sangat besar.
Indonesia merupakan negara ketiga populasi terbesar di dunia, sesudah Cina dan India. Bahkan menjadi negeri berpenduduk Muslim terbesar di dunia.
Indonesia akan memasuki milenium baru, abad baru dan dunia baru. Semua sudah berubah. Ini dibutuhkan pemimpin visioner.
Pemimpin Indonesia akan bertemu dengan pemimpin global, seperti Presiden AS, Barack Obama, Perdana Menteri Inggris David Cameron, Perdana Menteri Jerman Angela Merkel, Presiden Rusia Vladimir Putin, Kepala Kebijakan Uni Eropa Ashton, Perdana Menteri Jepang Senso Abe, Sekjen PBB Ban Kii-mon, Perdana Menteri Turki Erdogan, dan sejumlah tokoh dunia lainnya. Itu sebuah keniscayaan.
Dapatkah pemimpin Indonesia mendatang duduk sejajar dan bermartabat, ketika harus berhadapan dengan para pemimpin global itu. Dapatkah pemimpin Indonesia melakukan komunikasi dan melakukan perundingan ‘directly’ (langsung) dengan mereka, dan memiliki ‘leverage’ (nilai tawar) yang terhormat, dan membawa kepentingan Indonesia sebagai bangsa terhormat?
Inilah yang menjadi persoalan masa depan Indonesia. Indonesia tidak dapat dipimpin oleh tokoh seperti Jokowi, yang saat wawancara dengan wartawati Bloomberg hanya dapat mengatakan (seputar), “I DON’T THINK ABOUT THAT’. Ini terlalu sederhana.
Kita harus berani realistis melihat figur dan tokoh yang berlaga di pilpres 2014. Jangan sampai pilpres 2014 ini, hanya akan melahirkan ‘disaster’ (bencana), dan hanya membuat kesedihan bagi 250 juta rakyat Indonesia. Tidak lagi kita bisa berkata ‘pokoke’ Jokowi. (lihat voa-islam.com, Selasa, 19 Sya’ban 1435 H / 17 Juni 2014 08:09 wib, Jokowi :Ojo Dumeh, Ora Opo-Opo, I Don’t Think About That .. ).
Ingatlah, Islam telah wanti-wanti (memperingatkan dengan pesan yang sungguh-sungguh):
إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ( البخاري)
“Idzaa wussidal amru ilaa ghoiri ahlihi fantadziris saa’ah.” Apabila perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah kiamat. (HR Al-Bukhari dari Abi Hurairah).
Ada peringatan yang perlu diperhatikan pula, yaitu keadaan lebih buruk lagi di mana akan datang zaman, pendusta justru dipercaya sedang yang jujur justru didustakan, lalu pengkhianat malah dipercaya. Dan di sana berbicaralah ruwaibidhah, yaitu Orang yang bodoh (tetapi) berbicara mengenai urusan umum. Itulah yang diperingatkan dalam Hadits:
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alahi wa Sallam bersabda:
سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh kedustaan, saat itu pendusta dipercaya, sedangkan orang benar justru didustakan, pengkhianat diberikan amanah, orang yang amanah justru dikhianati, dan saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya: “Apakah Ruwaibidhah itu?” Beliau bersabda: “Seorang laki-laki yang bodoh namun dia membicarakan urusan orang banyak.” (HR. Ibnu Majah No. 4036, Ahmad No. 7912, Al-Bazzar No. 2740 , Ath-Thabarani dalam Musnad Asy-Syamiyyin No. 47, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak ‘Alash Shahihain No. 8439, dengan lafaz: “Ar Rajulut Taafih yatakallamu fi Amril ‘aammah – Seorang laki-laki bodoh yang membicarakan urusan orang banyak.” Imam Al-Hakim mengatakan: “Isnadnya shahih tapi Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya.” Imam Adz-Dzahabi juga menshahihkan dalam At-Talkhis-nya, / seperti dikutip dkwtncom).
Antara besarnya Indonesia yang merupakan negeri Muslim terbesar di dunia dan pentingnya kepemimpinan yang mampu mengelolanya dengan baik, termasuk dalam hal sangat penting yang telah diwanti-wanti oleh hadits-hadits tersebut. Satu urusan saja bila diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka akan hancur. Betapa akan hancurnya bila urusan sangat besar (dengan berbagai urusan besar) justru diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, bahkan sudah dikenal tidak amanah lagi, misalnya.
Semoga kita diberi kesadaran sebaik-baiknya oleh Allah Ta’ala yang Maha Membolak-balikkan hati, sehingga tidak terjerumus kepada kehancuran atas ketidak jelian kita sendiri. Amiiin ya Rabbal ‘alamiin.
(Hartono Ahmad Jaiz)