Allah berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْماً بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ } الحجرات6
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat)
Ayat ini berlaku untuk berita orang yang fasiq dan atau berita yang fasiq.
Para pembaca yang mulia, perhatikan berita yang fasiq ini:
Pertama diberitakan oleh situs resmi ormas yang dipimpin oleh kang Said:
sebagai berikut:
Jakarta, NU Online
Kamis, 29/11/2012 08:54
“Ideologi Wahabi, satu dua langkah lagi akan menjadi terorisme,” kata KH Said Aqil Siroj, Ketua Umum PBNU dalam sambutan pelepasan peserta pelatihan ‘Dauroh lil Imam wal Muazin’ di aula kantor PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (28/11) siang.
Ajaran Wahabi menurut Kang Said, memang tidak mengajarkan untuk membunuh orang kafir. Tetapi Wahabi mengajarkan pengikutnya memandang orang di luar kelompoknya sebagai orang musyrik yang halal darahnya.
“Meskipun begitu, ajaran Wahabi membuka peluang bagi penganutnya untuk menjadi teroris. Penganut Wahabi yang sedang marah, lalu kalap, dan berkesempatan, akan mengondisikan dirinya menjadi teroris,” tambah Kiai Said.
Hal ini diutarakan Kang Said di hadapan sedikitnya 20 peserta utusan Lembaga Takmir Masjid NU, LTMNU. Mereka adalah pengurus masjid yang direkrut dari sejumlah wilayah dan cabang NU di Indonesia.
Sambutan pelepasan diadakan untuk menampik kekhawatiran bahwa penyusupan ideologi Wahabi diselundupkan dalam pelatihan tersebut. Karena, sebagian peserta pelatihan sempat mempertanyakan kemungkinan penyusupan.
Meski demikian, Kiai Said sempat menyebut sejumlah yayasan keagamaan yang didanai Pemerintah Arab Saudi. “Sebagian pengurus yayasan itu menjadi pelaku teror di sejumlah titik Indonesia yang ditetapkan oleh Kepolisian RI,” tegasnya.
Pelatihan diselenggarakan Pemerintah Arab Saudi di Hotel Kaisar, Duren Tiga, Kalibata, Jakarta Selatan. Pelatihan manajemen kepengurusan masjid dan persoalan muazin dimulai hari ini hingga beberapa hari ke depan.
Pelatihan ‘Dauroh lil Imam wal Muazin’ diikuti oleh semua ormas Islam se-Indonesia. Peserta pelatihan berjumlah 120 orang. Dua puluh dari semua peserta, direkrut dari ormas NU melalui LTMNU.
Redaktur: A. Khoirul Anam
Penulis : Alhafiz Kurniawan
Kedua: diberitakan dan disyarah oleh situs syiah dengan judul dan gambar:
KH Said Aqil Siroj Ketua Umum PBNU: Ideologi Wahabi Selangkah Lagi Jadi Terorisme
Posted on November 29, 2012 by syiahali
((Catatan gensyiah: jika berita pertama di atas dibangun di atas syak wa sangka, dugaan + tuduhan yang bersifat provokatif penuh dengan tendensi nafsu, maka pemberitaan dan syarah dari syiah ini menjadi berita yang “membabi buta”, “teror di atas teror”.
Berikut tulisan mereka di situs syiahali dengan tambahan sebelum berita dan tambahan setelah berita.))
Tamhaban syiahali sebelum berita yang dikutib dari nu.or.id:
Baru-baru ini saya mendapatkan buku murah di pasar buku lowak (azbaciah) yang bertajuk “al-Sa’udiyyun wa al-Irhabi: Ru’yah ‘Alamiyah” (Orang-orang Saudi dan Terorisme: Sebuah Pandangan Dunia): Riadh, 2005. Sejenis bunga rampai, memuat tulisan dari berbagai kalangan. Ada satu sub judul yang membicarakan relasi terorisme dan Wahabi. Cukup beragam tulisan itu: ada yang menohok bahwa Wahabi adalah salah satu sumber merebaknya terorisme, dan ada yang menyucikan Wahabi dari terorisme. Tapi, penyucian Wahabi dari terorisme menjadi sangsi jika kita melihat kenyataan selalu saja ada pihak yang bergabung dalam komplotan terorisme berkedok agama, yang telah menyerap doktrin Wahabi. Dan benarkah kalau mereka hanyalah sekedar oknum?
Muhammad Abduh sebagai saksi mata menilai Wahabi adalah gerakan pembaharuan yang paradok: hendak mengibaskan debu taklid yang mengotori, tetapi di saat yang sama menciptakan taklid baru yang lebih menjijikkan.
Wacana teologi yang diusung Wahabi adalah sejenis wacana yang absen dari percaturan ilmiah, dengan mengembalikannya ke dalam wacana “religius murni” yang bertumpu pada makna literalisme teks-teks primer agama (Quran&hadits), yang bersifat univositas. Bahasa metafor (majaz) adalah barang haram. Berteologi dengan berfikir atau penghayatan-intuitif adalah tindakan kriminal! Syahdan, Wahabi dalam menyikapi ayat-ayat ketuhanan pun tetap berpegang pada makna literalisnya. Yadu-Allah, semisal, diartikan bahwa Tuhan mempunyai tangan, seperti pendapatnya para salaf al-salih, demikian Wahabi berkata.
Sejatinya nama besar dan harum “salaf al-salih” di sini sedang dijual sebagai alat legitimasinya. Terbukti, para salaf al-salih dalam menyikapi ayat-ayat ketuhanan, semisal Yadu-Allah, dengan tanpa menentukan makna, dan menyerahkan maknanya kepada Allah. Wa-llahu A’lam. Sementara kita tahu bahwa Wahabi telah menentukan makna literalisnya, dan terperosok ke dalam tajsim (mempersonifikasi Tuhan yang berjasad). Pengakuan Wahabi sebagai madzhab salaf menjadi musykil.
Berikut tambahan gambar dan keterangan setelah beritu nu.or.id
Sejarah mencatat bahwa hanabilah telah mengajarkan doktrin kekerasan dengan praktik nyata bagaimana mereka harus menyikapi lawan-lawan mereka; kaum muslimin dari mazhab-mazhab lain selain mazhab Hanbali (yang mereka modifikasi menjadi mazhab galak dan sadis)! Ibnu Katsir (ahli sejarah dan mufassir yang tak henti-hentinya dibanggakan kaum Salafi Wahhâbi) melaporkan (tentu kaum Wahhâbi harus menerimanya, sebab beliau adalaah imam terpercaya dalam keyakinan mereka) bahwa kaum pendahulu kaum Wahhâbi (Hanâbilah) telah berbuat kejahatan agamis dengan melarang kaum muslimin beraliran Asy’ariyah menunaikan shalat jum’at! Dengar apa laporang Ibnu Katsir ketika beliau melaporkan pristiwa tahun 447 H:
وفيها وقعت الفتنة بين الأشـاعرة والحنابلـة ، فقـوي جانب الحنابلة قـوة عظيمـة ، بحيث أنه كان ليس لأحد من الأشاعرة أن يشهـد الجمعة ولا الجماعات .
“Pada tahun ini terjadilah fitnah (kekacauan) antara penganut Asy’ariyah dan kaum Hanâbilah. Lalu kuatlah posisi kaum Hanâbilah dengan kekuatan yang sangat sehingga tidak seorang pun dari pengikut Asy’ariyah yang dibolehkan menghadiri shalat Jum’at dan jama’ah.”[1]
Ibnu Jauzi juga melaporkan pristiwa tahun 447 H sebagai berikut:
ووقعت بين الحنابلة والأشاعرةفتنة عظيمة حتى تأخر الأشاعـرة عـن الجمعـات خـوفاً من الحنابلة .
“Dan terjadilah fitnah/kerusuha besar antara kaum Hanâbilah dan Asy’ariyah sampai-sampai kaum Asy’ariyah meninggalkan shalat Jum’at karena takut dari kaum Hanâbilah.”[2]
Kerusuhan yang terjadi, sekali lagi diakibatkan kaum Hanbaliyah menyebarkan akidah sesat tentang tajsîm dan demi memikat hati kaum awam mereka membawa-bawa nama Imam Ahmad ibn Hanbal! Ibnu Khaldun merekam dengan rinci keganasan yang dipicu oleh pendahulu/Salaf kaum Salafi Wahhâbi dalam masalah sifat Allah SWT. Ia melaporkan:
… وبين الحنابلة والشافعية وغيرهم من تصريح الحنابلة بالتشبيه في الذات والصفات ، ونسبتهم ذلك إلى الإمام أحمد ، وحاشاه منه ، فيقع الجدال والنكير ، ثم يفضي إلى الفتنة بين العوام .
“Dan antara kaum Hanbaliyah dan Syafi’iyah dan penganut mazhab lainnya terjadi perdebatan di mana kaum Hanbaliyah berterang-terangan dalam akidah tasybîh (menyerupakah Allah dengan makhluk-Nya) dalam Dzat dan Sifat dan mereka menisbatkan akidah itu kepada Imam Ahmad (dan tidak mungkin beliau berakidah seperti itu), lalu terjadilah perdebatan dan penolakan keras kemudian menyulut fitnah di kalangan kaum awam.”[3]
kesimpulan :
Selamanya kaum Hanbaliyah (yang kini diwakili kaum Wahhâbi/Salafi) meracuni kaum awam (walaupun ulama mereka juga tidak kalah awamnya dengan kaum awam yang sangat awam) dengan bahasan-bahasan tentang tauhid yang berorientasi kepada doktrin penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya. Walaupun mereka selalu ngotot mengelak bahwa akidah mereka itu adalah inti akidah tasybîb dan tajsîm!
Kini cara-cara itu juga mulai dipergunakan kaum Wahhâbi melalui otot-otot preman bayaran untuk melarang kaum Muslim yang tidak mereka sukai untuk menegakkan shalat di masjid-masjid; rumah ibadah!
Jika nanti mereka kuat, mungkin saja apa yang diprktikkan pendahulu mereka juga dilakukan kepada kaum mulim non-Wahhâbi…
Coba perhatikan sikap mereka ketika mendapat sedikit angin segar… ketika sedikit merasa kuat.. langgar-langgar kaum muslim yang dahulu membaca Mauludan dan Diba’an atau tawassul dan istighatsah mereka kuasai kemudian semua acara ritual itu diporak-porandakan… dilarang… dengan alasan bid’ah! Mengandung unsur syirik.. dll. Masjid-masjid yang dahulu membaca qunut dilarang dengan alasan Nabi saw. tidak pernah mensunnahkan qunut!
Al hasil… mereka adalah kelompok ganas yang tidak pernah mentolerir perbedaaan mazhab! Hanya mazhab mereka saja yang boleh dijalankan… sebab “hanya mazhab mereka yang mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah”! Mazhab-mazhab lain sesat! Menyimpang dari tuntunan Salaf!
Bukankah cara berpikir seperti itu adalah bahaya?!
[1] Al-Bidâyah wa an-Nihâyah,12/71, terbitan Dâr ar Rayyân Li at Tutrâts-Kairo.
[2] Al-Muntadzim,15/347.
[3] Tarikh Ibn Khaldûn,3/477.
http://syiahali.wordpress.com/2012/11/29/kh-said-aqil-siroj-ketua-umum-pbnu-ideologi-wahabi-selangkah-lagi-jadi-terorisme/
http://syiahali.wordpress.com/2012/11/29/kh-said-aqil-siroj-ketua-umum-pbnu-ideologi-wahabi-selangkah-lagi-jadi-terorisme/
CATATAN GENSYIAH :
Catatan gensyiah:
-
Berita di nu.or.id “Pelatihan ‘Dauroh lil Imam wal Muazin’ diikuti oleh semua ormas Islam se-Indonesia. Peserta pelatihan berjumlah 120 orang. Dua puluh dari semua peserta, direkrut dari ormas NU melalui LTMNU.” Adalah berita yang salah dan menyesatkan.
Yang benar “Multaqa Thullab al-Minah al-Mutakharrijin Fi al-Jami’at al-Su’udiyyah” terus ada acara daurah tadribiyyah yang pesertanya adalah para para imam, da’I, khatbib, para pemimpin lembaga-lembaga Islam lulusan universitas Saudi dari 7 negara: Indonesia, Filipina, Thailand, Cina, Malaysia, Singapura, dan Korea.
-
Ucapan Kang Said, “Ideologi Wahabi, satu dua langkah lagi akan menjadi terorisme,” adalah jahl, teror dan profokatif. Mustahil Kang Said yang belajar di Saudi secara gratis hingga menjadi doktor itu tidak tahu akidah wahabi, sebab dalam desertasinya dia memuji-muji akidah itu. Kalau ucapannya itu diterapkan untuk dirinya sendiri maka sangat mungkin, sebab dia menjadi seperti sekarang ini adalah setelah lulus dari universitas wahhabi lalu maju selangkah dua langkah dan terdengar lantang membela syiah dan menteror akidah ahlussunnah pengikut pemahaman salaf shalih sebagai ‘khawarij, pengikut akidah teroris, sebagaimana dalam serial buku idahram.
Silakan baca lagi serial bantahannya di http://old.gensyiah.net/?s=idahram
-
Ucapan Kang Said: “Meskipun begitu, ajaran Wahabi membuka peluang bagi penganutnya untuk menjadi teroris. Penganut Wahabi yang sedang marah, lalu kalap, dan berkesempatan, akan mengondisikan dirinya menjadi teroris,” menunjukkan dada yang penuh dengan kedengkian yang mengalahkan ilmu dan akal sehat. Allah berfirman:
قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ
“Telah tampak kebencian dari mulut-mulut mereka sedangkan yang disembunyikan dalam dada mereka lebih besar.” (QS. Ali Imran: 118)
-
Bantahan terhadap tuduhan Kang Said dan orang syiah bahwa akidah Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab itu teroris adalah fitnah keji yang justru akan merendahkan pengucapnya di mata ulama dan ahli ilmu. Perhatikan gelar Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab yang diberikan oleh Sayyid Muhammad al-Maliki dan cara dakwah beliau yang benar dan bijaksana jauh dari teror seperti yang dilakukan Kang Jalal dan syiah.
Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki menggelarinya dengan sebutan “Imam at-tauhid wa Ra`su al-Muwahhidin” (pemimpin tauhid dan kepala orang ahli tauhid) dalam kitabnya Mafahim Yajib an-Tushahhah[1] halaman 202:
“Inilah dia Imam Tauhid dan kepala ahli tauhid mengatakan ucapannya yang benar dengan hikmahnya yang lurus yang karenanya dakwahnya tersebar di tengah-tengah manusia dan thariqatnya kesohor di kalangan orang khusus maupun orang kebanyakan.”
Nah, siapakah yang yang benar di antara keduanya? Jika Sayyid Muhammad ibn Alwiy al-Maliki benar dalam pernyataannya bahwa Syaikh Muhammad ibn Abdil Wahhab adalah imam tauhid dan kepala ahli tauhid, berarti Said Aqil Siraj –yang memang bukan apa-apa jika dibanding dengan Sayyid Muhammad- adalah “jahil“ dan menfitnah.
Pembaca yang mulia, sebenarnya saya bukan dalang rangka membela Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab –sebab jika dia benar,maka Allah yang akan membelanya– tetapi saya membela kebenaran, sebab cara Kang Jalal (Said) dan syiah dalam menolak wahhabi sangat jauh dari ilmu dan hikmah, jauh dari adil dan inshaf. Coba Anda bandingkan antara Sayyid Muhammad yang alim dan hatinya bersih saat menulis kalimat-kalimat itu dengan Kang Said yang berbicara penuh nafsu. Sungguh musibah jika seorang pemimpin membuat pernyataan secara zhalim dan tidak ilmiah serta tidak berbuat nasehat kepada ulama Islam dan umat Islam. Semoga Allah mengampuni siapa saja yang karena ketidaktahuannya membenci ulama dan akidah yang benar.
-
Adapun pertikaian antara Hanabilah dan Syafi’iyyah Asya’irah tahun 477 maka wajib menyampaikan sejarah dengan benar tidak sepotong-potong. Karena makomnya singkat maka perlu saya kemukakan bahwa fitnah zaman itu ada awalnya dan ada kelanjutannya.
Pertama, akidah itu satu salafiyyah dari sahabat hingga imam madzhab empat, hingga imam Asy’ari yang mengumumkan diri sebagai Hanbali (pengikut akidah imam Ahmad bin Hanbal).
Tahun 429 H terjadi sengketa antara Ibnu Furok (w. 406) yang menulis kitab Takwil Sifat, dengan al-Qadhi Abu Ya’la (w. 458 H) yang menulis bantahan dengan judul Ibthal Takwilat li Akhbar al-Shifat, yang dituduh oleh Asya’irah sebagai mujassim dan musyabbih.
Tahun 432 kembali terjadi perdebatan seputar bukunya Qadhi Abu Ya’la, kemudian Khalifah al-Qaim Biamrillah (422-467) turun tangan, diadakan majlis debat yang berakhir dengan memenangkan al-Qadhi Abu Ya’la dan ditulislah rekomendasi. Kemudian Khalifah mengeluarkan maklumat mendukung akidah Abu Ya’la al-Fara`.
Pada tahun 445 Asya’irah protes lagi, kholifah turun tangan lagi. Berakhir dengan damai dan sepakat bahwa:
– al-Quran itu kalamullah, bukan ibarat atau hikayat sebagaimana keyakinan Asya’irah.
– Sifat Allah diberlakukan sebagaimana datang dalam al-Qur’an dan sunnah tanpa takwil seperti yang dilakukan Asya’irah.
Sekali lagi, Qadhi Abu Ya’la yang menang.
Tahun 447 kembali terjadi ketegangan dan semakin melibatkan orang awam, sebab sudah masuk masalah fikih seperti qunut subuh dan basmalah keras. Sampai bentrok fisik dan kaum Syafi’iyyah Asya’irah berdiam di rumah tidak keluar ke masjid karena takut dan negara pun tidak bisa mengendalikan.
Tahun 461 terjadi lagi, sebabnya seorang Asy’ariy saat mengajar di masjid Jamik al-Manshur menyindir ahlussunnah dari kaum Hanabilah dan ahli hadits, bahwa katanya ahli hadits itu menyerupakan sifat Allah dengan manusia, maka sebagian ahli hadits menurunkannya dari kursi tapi kemudian kembali lagi, maka mereka mematahkan kursinya.
Ketika khalifah al-Qadir Billah wafat tahun 467 H, maka menteri Saljuki Nizhamul Malik (wafat 485) yang telah menjadi menteri di dinasti Saljuk, dia pengikut madzhab Asy’ari, maka mulai saat itu Syafi’iyyah Asya’irah yang menang karena didukung penguasa.
Tahun 469 terjadi fitnah yang paling buruk yaitu yang disebut dengan fitnah al-Qusyairi di Baghdad, setelah dia menetap di Baghdad membuat majlis mengajarkan madzhab Asy’ariyyah, mengunggulkan Asy’ariyyah dan merendahkan pengikut Imam Ahmad (Hanabilah) dan dikatakan sebagai tajsim dalam aqidah, maka Syaikhul Hanabilah al-Syarif Abu Jakfar (w. 470) tidak terima. Setelah terjadi bentrok antara kedua kubu dengan 20 orang korban meninggal dari kedua kubu, maka redalah fitnah dan negara khilafah turun tangan untuk mendamaikan.
Tokoh-tokoh Asya’irah lalu meninggalkan Baghdad (Abu Ishaq al-Sirazi pergi ke Khurasan). Lalu ulama Asya’irah menulis surat ke Nizhamul Malik meminta agar membasmi Hanabilah dan menjuluki Hanabilah dengan kata-kata yang buruk.
Begitulah sebagain yang terjadi sebenarnya, antara dua kubu ahlussunnah, yang itu menjadi sejarah yang sudah berlalu, dan Alhamdulillah tidak terjadi lagi hal yang seperti itu.
Kami dalam hal ini tidak ikut kubu Qadhi Abu Ya’la maupun Ibnu Furok, tetapi kami mengikuti Imam Abul Hasan al-Asy’ari yang mengatakan ikut Imam Ahmad rahimahumullahu jami’an.
Wahai orang syiah, jangan berharap bisa memfintah antara kami, ketahuilah akidah syiah sesat menyesatkan berdasarkan kesepakatan semua ulama termasuk ahlihadits dan Asya’irah, karena memang akidah, rukun Islam, rukun iman, dan agama syiah berbeda dengan Islam. oleh karena itu KH. Hasyim al-Asy’ari (pendiri NU) pun menolak Syiah.
Jika Kang Said membelanya, maka itu disebabkan oleh kapasitasnya yang memang jauh, dan sangat jauh di bawah KH. Syekh Hasyim al-Asy’ari rahimahullah! [*]
kita ummat Islam Indonesia harusnya tidak usah memperuncing masalah dan tidak usah berkomentar dengan emosional semua bisa saja bependapat tetapi hendaknya dengan cara bijak, gunakanlah dasar yang kuwat, jangan mengambil kesimpulan dari bacaan2 murahan yang didapat dari buku lowak akhirnya kita tidak terperosok pada perdwbwtan yang tidak sehat dan tidak ilmiah, amien.
said agil orang yang aneh …..
dia lupa mungkin sejarah perjuangan ulama indonesia melawan penjajah.
bukankan ulama sumatra barat yang telah gigih melawan penjajah bermula dari berhaji dan menetapnya sementara waktu di madinah dan makkah untuk mendalami ilmu agama dan pulang ketanah air dengan semangat mengumandang kan jihad terhadap penjajah.apakah ini said agil berani mengatakan ulama tsb terkena pemahan wahabi…..?????
semoga Allah Swt mematikannya segera maka
…….siksa itu datang kepada mereka dari arah yang tidak mereka sadari
(An Nahl :26 )
Penjelasan Yayasan Al-Sofwa atas pernyataan DR. Said Aqil Siradj
« Situs Dakwah & Informasi Islam
– http://www.alsofwa.com/23695/penjelasan-yayasan-al-sofwa-atas-pernyataan-dr-said-agil-siradj.html