Diterbitkan: Sabtu, 6 Juni, 2015
Gensyiah: Surat kabar Inggris “The Times” mengutip pernyataan dikaitkan dengan mantan pejabat AS yang mengakui bahwa invasi ke Irak adalah sebuah kesalahan, dan pernyataannya bahwa Barat tidak dilengkapi (tidak disiapkan) untuk menangani “ekstremisme Islam” yang merajalela di Timur Tengah, seperti yang diklaim.
Surat kabar itu menunjukkan bahwa mantan Menteri Pertahanan AS Donald Rumsfeld, menunjukkan bahwa mantan Presiden AS George W. Bush yang salah ketika ia memimpin sebuah koalisi internasional pada tahun 2003 untuk menggulingkan rezim Presiden Irak Saddam Hussein.
Dalam sebuah wawancara dengan Times, Rumsfeld menyatakan keprihatinan tentang kegagalan pemerintah Barat dalam menangani munculnya ekstremisme Islam, dan meramalkan bahwa perang melawan ISIS di Timur Tengah dapat berlangsung beberapa dekade.
Donald Rumsfeld mengatakan: “Saya bukan termasuk orang yang percaya bahwa demokrasi kita cocok untuk negara-negara lain di setiap saat dari sejarahnya. Maka jelaslah bagi saya bahwa ide membuat demokrasi di Irak tidak realistis. Saya sudah khawatir tentang hal itu ketika saya pertama kali mendengar kata-kata ini.”
Mantan pejabat tersebut menambahkan bahwa Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan PBB tidak lagi cocok untuk menghadapi ancaman modern seperti senjata kimia dan ekspansi Iran.
Dia menunjukkan bahwa Barat harus memulai penyerangan baru terhadap kelompok-kelompok Islam, sepanjang waktu Perang Dingin ini, dan harus membentuk sekutu yang bekerja sama untuk memata-matai kelompok islam ekstrim untuk menghalangi mereka dari aliran dana dan aset lainnya.
Dalam konteks terkait di Timur Tengah, kata surat kabar itu dalam sebuah laporan terpisah yang Rumsfeld mendesak negara-negara Barat untuk merangkul Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, sebab dia “salah satu pemimpin Muslim yang sedikit jumlahnya , yang menyerukan reformasi dalam ajaran Islam,” menurut klaimnya.