5 Februari 2017
Agus Hasan Bashori
Mereka berjalan tanpa alas kami, dengan membawa senapan dan sedikit senapan yang diklaim oleh pemerintah sebagai senjata curian. Ini isi dari sebuah video yang diambil dan dibagikan oleh sekelompok pemuda yang mengatasnamakan perlawanan rakyat Rohingya yang bertanggung jawab terhadap penyergapan dan pembunuhan aparat pemerintah Myanmar pada oktober 2016 lalu, di daerah pa;ing melarat dari propinsi negri yang paling melarat di dunia yaitu Myanmar. Mereka menamakan diri mereka dengan “Gerakan Yakin”. Dalam wawancara eksklusif yang didapat oleh CNN bahwa pemimpinnya mengaku memerangi pemerintah Myanmar mewakili bangsa Rohingya muslim yang tidak henti-hentinya mengalami penindasan (penjajahan) sejak waktu yang lama sekali (sejak 232 tahun yang lalu, sejak Raja Bodawpay dari Burma menjatuhkan kesultanan Arakan tahun 1784 M).
Pemimpin gerakan Yakin berkata: “Kami telah menyerukan kepada dunia meminta tolong agar membantu mengembalikan hak-hak kami. Tidak ada reaksi apa apa. Kini kami langsung berurusan langsung dengan pemerintah Myanmar. Kami akan terus menyerang orang yang menindas kami. Sampai mereka mengembalikan kebangsaan (kewarganegaraan) kami.”
Pemerintah Myanmar menolak bangsa Rohingya, hingga penggunaan istilah Rohingya tidak boleh. Pemerintah memaksa mereka untuk mengakui sebagai Bengali yaitu imigrap gelan dari Bangladesh.
Pemerintah Myanmar memaksa ribuan Rohingya tinggal di kamp (perkemahan) pengungsi setelah rumah mereka dibakar dalam kerusuhan sectarian tahun 2012 di wilayah Rakhine. Karena putus asa maka ribuan berusaha melarikan diri dengan kapal apa adanya. Kemudian belakangn pimpinan gerakan Yakin muncul di video berjanji untuk melakukan perlawanan. Pemerintah Myanmar menudug kelompok yakin ini berhubungan dengan kelompok teroris luar negri. Juru bicara Myanmar mengatakan bahwa tidak ada alasan apapun untuk mengangkat senjata melawan pemerintah Myanmar, dengan alsan pemerintah sedang berupaya mencarikan solusi.
Sejak aung san Suu Kiy menang pemilu tahun 2015, dia membentuk panitia resmi join dengan panitia PBB yang diketuai oleh mantan sekjen PBB kovi anan untuk mencari solusi soal Rohingya, tetapi kelompok Yakin mengklaim bahwa Aung Sa Suu kiy menelantarkan rakyatnya dengan menampakkan sedikit empatinya pada etnis Rohingya yang tertindas. Dan pemerintah melarang para wartawan pergi ke tempat-tempat pertikaian di wilayah Rakhine. Akan tetapi para pakar mengatakan bahwa ini adalah perlawanan bersenjata pertama kali sejak beberapa generasi yang lalu.
Akibat operasi militer 9 oktober 2016 puluhan ribu (hampir 100.000) rakyat myamar lari menyelamatkan diri. Mereka menceritakan bahwa militer melakukan tindakan kejam dan jahat kepada warga sipil Rohingya. Sebagian pengungsi mengatakan kepada CNN bahwa mereka mendukung perjuangan gerakan yakin karena mereka berjuang untuk memperjuangkan haknya. Akan tetapi pengungsi yang lain menyatakan ketakutannya akan ada balas dendam dari kelompok bersenjata. Sebab peristiwa terakhir membuat hidup semakin buruk bagi warga yang sudah terpuruk tidak memiliki hak apa-apa.
Silakan simak videonya
Semoga Allah memperbaiki kondisi rakyat Rohingya.