AHAD malam (5/4/2015) Lembaga Lisan Hal bersama DKM Masjid Al Kamiliyyah, Jakarta Timur menggelar Maulid Nabi dengan tema “Memperkokoh Akidah Ahlussunah wal Jamaah dari Ancaman Aliran Sesat Syiah.”
Hadir dalam kajian ini sejumlah pembicara dan tokoh di antaranya Habib Tohir Al Kaff, Prof. Dr. Habib Muhammad Baharun (MUI Pusat), Dr Abdul Chair Ramadhan SH.MH (MUI Pusat) beserta para habaib dan asatidz.
Namun ada yang berbeda dalam maulid nabi kali ini. Panitia turut menghadirkan salah satu mantan da’i Syiah bernama Ali Saefulloh.
Ali memberikan testimoni kepada para jamaah tentang sepak terjangnya selama menjadi da’i Syiah. Kehadiran Ali tentu menyedot perhatian jamaah. Sebab pemandangan mantan da’i Syiah memberikan kesaksian masih terhitung langka.
Ali mengaku sejak kecil tumbuh dalam keluarga besar Syiah. Jenjang pendidikanya sejak SMP hingga SMA dihabiskan di YAPI Bangil.
“Saya kemudian kuliah di Universitas Imam Khomeini selama 4 tahun. Kakek saya pernah belajar di Suriah dan pengikut ajaran Syiah Nushairiyah,” ujar dia di hadapan para jamaah.
Setelah pulang dari Iran, Ali diberikan tugas khusus untuk berdakwah guna merekrut masyarakat awam untuk masuk Syiah. Hal itu dilakoninya dari mulai bertugas di Aceh Tengah pada tahun 2012 hingga ke Papua.
“Sudah banyak umat Islam yang saya syiahkan,” papar dia.
Dalam menjalankan aksinya, kata Ali, kelompok Syiah memiliki tiga tahapan. Pertama, berdakwah ke kalangan umum. Kedua, ke kalangan fanatik, dan ketiga ke pesantren yang loyal dengan Syiah.
“Kami dakwahi mereka dari Aceh hingga Irian. Saya sudah masukkan umat Islam menjadi Syiah sebanyak 300 orang. Naudzubillah.”
Pendekatan kelompok Syiah, sambung Ali, biasanya melalui jalan silaturahim. “Yang paling mudah dimasukkan adalah orang-orang yang akidahnya minim.”
Ditambahkan dia, biasanya pengikut Syiah tidak langsung to the point menjelaskan ajaran Syiah kepada masyarakat. Jika ada orang yang memiliki masalah keluarga, perlu tempat curhat, dan jarang ke masjid, “Kami penuhi dulu kebutuhan itu,” terang Ali.
Lantas, setelah seseorang mulai masuk ajaran Syiah, baru Ali akan mendakwahkan ajaran Syiah yang sebenarnya.
“Saya jelaskan Islamnya Syiah. Saya singgung masalah nabi dan ahlul baitnya. Mohon maaf, yang dari NU sangat mudah saya dekati,” ujar dia.
Setelah berhasil merekrut seseorang, maka Ali akan terus mendekati hingga mereka mengikuti ajaran Syiah.
Sementara itu, Ketua MUI Pusat Prof Baharun Muhammad mengatakan berkembangnya ajaran Syiah tak lepas dari kelengahan para alim ulama dan umat Islam dalam memperkokoh akidah Ahlus sunah.
“Kita ini merasa sudah Aswaja, tapi tidak memberikan pendidikan Aswaja dengan benar,” ujar Guru Besar Sosiologi Agama UIN Sunan Ampel, Surabaya ini.
Melihat perkembangan Syiah di Yaman, Ketua MUI ini mengaku merasa cemas. Menurut dia, bukan tidak mungkin apa yang terjadi di Yaman akan menimpa Indonesia.
“Kelompok Syiah di Yaman minoritas tapi bisa menggulingkan Presiden dan membubarkan parlemen,” tutup dia.
Sumber, cinta sunnah 2, 9 April 2015